JAKARTA– Identik
dengan buku-buku bekas bernuansa sastra, seni dan budaya, Galeri Buku Bengkel
Deklamasi, ternyata terkenal di luar negeri. Konsep ini, bahkan diadopsi di
beberapa daerah di Indonesia.
Keunikan dari buku bekas inilah yang
juga membawa kebanggaan pemilik galeri karena pernah suatu waktu 500 koleksi
bukunya dibeli untuk koleksi sebuah museum di Inggris. Ini karena buku-buku di
toko ini berbeda dari toko buku konvensional lainnya, termasuk tata letaknya
yang terbilang sederhananya.
Jika Anda penasaran, tidak ada
salahnya berjalan-jalan di kompleks Taman Ismail Marzuki (TIM) Jalan Cikini
Raya, Jakarta Pusat. Di tempat inilah galeri buku itu berada. Bagi penyuka seni
dan pertunjukan sastra, TIM merupakan lokasi favorit buat melepas kepenatan setelah
seharian beraktivitas. Bagi penyuka buku-buku lawas, Galeri Buku bengkel
Deklamasi juga bisa menjadi pengobat rindu.
Letaknya di bagian paling pojok
sebelah kanan dari arah depan pusat kesenian bersejarah itu, membuat toko buku
ini mudah ditemui. Jika datang ke lokasi, pengunjung biasanya akan disambut
seorang laki-laki paro baya berambut panjang. Dia adalah Jose Rizal Manua, yang
dikenal sebagai pemilik Galeri Buku Bengkel Deklamasi itu. Dia menuturkan bahwa
toko bukunya itu memiliki cerita yang panjang sebelum resmi dibuka.
Menurut Jose, demikian dia akrab
disapa, toko buku itu dibuat karena pengalamannya menjelajahi berbagai belahan
dunia serta darah seni yang mengalir di tubuhnya. Pria yang juga dikenal
sebagai sutradara teater anak, dan Teater Tanah Air itu menambahkan, karena
kecintaannya terhadap seni pula sehingga dia berpikiran membuka toko buku
itu.Tak heran, jika galeri buku miliknya identik dengan buku-buku sastra,
kesenian dan budaya.
”Galeri buku ini terinspirasi ketika
saya berada di New York, Amerika tahun 1988-an bersama WS Rendra (penyair,
almarhum). Selain buku bekas ada juga buku baru,”ujar Jose saat ditemui di
galerinya belum lama ini.
Waktu di New York, lanjut dia,
dirinya menyaksikan begitu banyak second hand book store (toko buku bekas) yang
menjual beraneka ragam buku. Dan, itu bisa ditemukan di berbagai sudut kota.
Setelah menyelesaikan kunjungannya ke New York, Jose lalu mulai berencana
mengadaptasi sebuah second hand book store dengan lokasi di pusat kebudayaan
Jakarta.
Karena menurutnya belum ada satu pun
penjual buku bekas yang berdiri apik dengan format toko. Sekembali ke
Jakarta,ide yang didapatnya di New York kemudian dibawanya menghadap ke
Gubernur DKI Jakarta saat itu, Suryadi Sudirja. Setelah menghadap gubernur,
Jose akhirnya diminta untuk membuat desain toko dan memilih lokasi di TIM.
”Ternyata ide saya diterima gubernur waktu itu,” ujarnya.
Selain mendapatkan ide mendirikan
second hand book store dari New York, di kota itu pula Jose membeli banyak
buku, bahkan buku yang dibelinya mencapai tiga koper. ”Sampai over weight di
pesawat dan WS Rendra marah-marah, karena dia tidak bisa titip membeli
buku,”kenang Jose. Dengan sebuah toko dan bukubuku yang dibelinya di New York
ditambah ribuan buku koleksi pribadi, akhirnya Galeri Buku Bengkel Deklamasi
resmi berdiri 28 April 1996 bersamaan dengan digelarnya acara Mengenang
Wafatnya Chairil Anwar.
Saat itu WS Rendra membacakan
puisi-puisi Chairil selama tiga hari. Banyaknya buku sastra, seni dan budaya
yang dikoleksi Galeri Buku Bengkel Deklamasi, membuat toko buku ini dikunjungi
berbagai lapisan masyarakat. Mulai dari masyarakat umum, seniman, mahasiswa
hingga politikus. ”Dalam sehari, pengunjung bisa 50-100 orang,bahkan ada juga
peneliti yang membeli buku,” tandasnya.
Sejak Galeri Buku Bengkel Deklamasi
berdiri,hal yang paling membanggakan kata Jose, adalah mulai bermunculannya
toko-toko buku serupa di daerah lain di Indonesia dengan mengambil contoh dari
Galeri Buku Bengkel Deklamasi.
Bahkan di daerah seperti di
Pekanbaru dan Riau, toko buku bernuansa budaya dibangun dan dikelola oleh dewan
kesenian daerah. Di Riau atau di Dewan Kesenian Riau (DKR), telah dibuka toko
buku yang dinamakan Galeri Buku Ibrahim Sattah.Di sini dijual bukubuku sastra
Melayu dulu dan kontemporer, seperti karya-karya sastrawan di Riau, Malaysia,
dan Singapura.
”Itu yang membuat gembira, format
toko buku seperti ini sudah menular ke daerah-daerah,” tambah Jose. Ya,gaya
bisnis Jose memang cukup unik.Sambil menularkan hobi, dia sekaligus meraup
untung dari buku bekas. Sebagai gambaran, kata dia, penjualan buku di galerinya
bisa mencapai Rp200 ribu-Rp500 ribu setiap harinya. (Bernadette Lilia
Nova/Koran SI/css)
*)Okezone, 9 Mei 2010
·
Tambahkan
Komentar Baru
- Image
Showing
0 comments
Reactions
URL Lacakbalik
Berlangganan
Daftarkan
email anda untuk mendapatkan kabar terbaru dari kami.
Berita
Terbaru
- Peneliti Musik Amerika Tertarik Polemik Rhoma-Inul
- Inilah Jadwal Lengkap “Jalan-Jalan Sastra” Apsas 2012
- Inilah Buku-Buku yang Bikin Kamu Keren dan Gak Mati Gaya
- Ulang Tahun IBOEKOE #6
- Ibu, Bumi, dan Buku adalah Ibuku
- Sisi Humanis Hatta Rajasa Dirangkum dalam Buku
- Galeri Buku Bengkel Deklamasi
Diskusi
Terpanas
1 comment
· 1 day ago
2 comments
· 2 days ago
1 comment
· 5 days ago
3 comments
· 5 days ago
3 comments
· 2 weeks ago
- Tentang Kami
- Pengelola
- Kontak
- Partner : KitaBuku.com Radio Buku
© 2011 Indonesia Buku
by Attar Webstudio. Powered by WordPress.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar